Jumat, 23 Agustus 2013

Kepulangan

Arya Wibawa, seorang anak SD berumur 7 tahun akan melakukan sebuah perjalanan terbesar dalam hidupnya.

Sepulang sekolah ibu guru Dian berpesan, "Arya, nanti di depan gerbang sekolah ada mas Jun. Tukang ojeg langganan ibu. Dia pakai motor bebek berwarna merah. Jaket hitam, dan helm berwarna putih."

Arya menelan ludahnya, bisakah dia menemukan mas jun?

Ibu guru Dian menyentuh pundak Arya, "Kamu bisa sendiri? Perlu diantar Budi?"

Budi adalah petugas kebersihan sekolah. Setia dengan jabatannya. Setia dengan ibu guru Dian.

Arya menggelengkan kepalanya, "Tidak usah bu guru, Arya ingin coba belajar sendiri."

Ibu guru Dian tersenyum, "Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan ya, nak?"

Arya mengangguk, "Iya bu guru."

Akhirnya ibu guru Dian pergi meninggalkan Arya sendiri. Dia melihat kiri dan kanannya. Koridor sekolah sudah kosong melompong. Semua teman-temannya sudah pergi meninggalkan sekolah.

Arya akhirnya melangkah menyusuri koridor sekolah yang pekat oleh bau pembersih ruangan. Budi sang petugas kebersihan sekolah sedang melaksanakan pekerjaannya.

Di ujung koridor sekolah, cahaya matahari menyeruak ke dalam. Pintu gerbang sekolah sudah dekat.

Di halaman luar sekolah, masih ada beberapa murid yang sedang bermain. Petak umpet. Sepak bola.

Arya memandang murid-murid tersebut dengan pandangan iri. Dia juga ingin bermain. Tapi ibunya sudah memberinya ultimatum untuk pulang ke rumah.

"Kalau sampai jam satu siang kamu belum pulang ke rumah. Kamu enggak boleh main playstation selama seminggu."

Mengingatnya saja sudah membuat seluruh tubuh arya bergidik. Tidak ada playstation selama seminggu. Mimpi buruk.

Arya kemudian melangkahkan kakinya ke halaman luar sekolah yang sedikit berumput, tidak terurus. Dia memicingkan matanya. Mencari-cari sebuah sosok yang akan mengantarnya pulang. Mas jun, si tukang ojeg langganan ibu guru.

Gerbang sekolah menjulang tinggi di hadapannya. Pos satpam berdiri dengan kokoh disamping gerbang. Pak Wiryo, sang satpam sekolah tersenyum pada Arya.

"Belum dijemput, dek?" Tanya pak Wiryo.

"Saya lagi mencari mas jun, pak. Tukang ojeg langganan ibu guru." Jawab Arya.

"Oh, mas Jun. Sebentar saya panggilkan."

Beberapa saat kemudian pak Wiryo meneriakan nama mas Jun. Tiba-tiba sebuah sosok berjaket hitam dan berhelm putih datang menghampiri.

"Arya?" Kata mas jun.

"Iya." Balas Arya.

"Mau pulang sekarang?"

Arya melihat sosok mas Jun dengan seksama. Jaket hitam. Helm putih. Motornya dimana?

"Motor mas Jun dimana?"

"Motor saya disitu." Mas Jun kemudian menunjuk sebuah bebek berwarna merah yang sedang bertengger di pinggir pos satpam.

Tampaknya dia betul mas Jun.

"Pulang sekarang deh mas." Kata Arya.

Tidak lama kemudian Arya menaiki bebek merah mas Jun. Ini kali pertama Arya naik sepeda motor.

"Pegangan yang kuat ya." Kata mas Jun.

"Iya mas." Arya memegang sisi kiri dan kanan jaket kulit mas Jun.

Kemudian motor pun menyala, dan melaju dengan cepat di jalanan.

Jadi begini rasanya naik motor. Rasanya seperti terbang. Rasanya Arya ingin naik motor selamanya.

20 menit kemudian Arya tiba tepat di depan rumahnya.

"Makasih mas Jun, saya harus bayar berapa?" Tanya Arya.

"Oh tidak usah, sudah dibayar ibu Dian."

Lalu mas Jun pun pergi. Meninggalkan Arya yang termenung di depan rumahnya sendiri.

Ah, rasanya ingin naik motor lagi. Mungkin kapan-kapan.

Arya pun membuka gerbang rumahnya. Mengetuk pintu rumahnya dan berteriak:

"Ibu aku sudah pulaang!"

Petualangan Arya pun usai sudah.


Tidak ada komentar: