Kamis, 15 Agustus 2013

Tombol Pengingat

Aku terbangun dari mimpiku yang panjang. Kulihat diriku tergeletak terkulai di ranjang. Mataku menerawang  ke seisi kamarku yang gelap dengan mataku yang telanjang.

Di pojok ruangan, kulihat sepasang sepatu yang berlumuran darah. Rupanya mimpiku adalah realita yang selama ini kurindu. Kemarin malam aku telah berhasil menaklukan seorang setan yang gemar memperkosa perawan. Malam pertamaku dengan seorang iblis telah sukses, aku membuat darah mengalir deras dari pelipis sang iblis.

Perlahan kulihat topeng semar yang ikut terkulai di samping tubuhku yang lunglai. Senyum sang semar tidak berubah, dia masih tertawa pada ironi yang aku mainkan di panggung dagelan bernama kehidupan. Tapi aku tidak bisa kembali, karena ini adalah langkah awal menuju keadilan sejati.

BAB 2 - TOMBOL PENGINGAT

"RANI, ADA YANG MATI LAGI!" Karyo berteriak sangat keras sehingga semua orang dikantor berpaling menatap wajah Karyo yang merah seperti tomat rebus. Wajah karyo selalu memerah setiap kali ada hal yang  membuatnya senang.. Rani tahu betul bahwa siapapun yang mati  kali ini, akan menjadi sebuah berita yang sangat besar.

Rani, orang yang dipanggi Karyo adalah seorang wartawan senior di situs portal berita "Metro.com".

Metro.com sangat populer karena berita-beritanya yang berani, berbeda dan cenderung kontroversial. Hanya Metro.com yang berani mengungkap betapa kotornya departemen Agama hingga membuka kasus korupsi pejabat-pejabat tinggi kepolisian. Wajar jika kantor Metro.com seringkali menjadi zona perang. Ancaman pembunuhan hingga bom molotov yang NYARIS membakar habis kantor Metro.com sudah menjadi sebuah kewajaran bagi para karyawan dan reporter Metro.com.

Resiko pekerjaan. 

Rani dengan cepat bergerak menuju Karyo yang melompat-lompat kegirangan. Dengan keluwesan layaknya pemain balet proffesional, Rani melewati berbagai objek yang menghalangi tujuannya, yaitu: meja, kursi, dan rekan kantornya.

"Siapa yang mati?" Rani berusaha tenang, meski jantungnya berdegup kencang. Dia berhenti tepat di depan Karyo, nyaris menabraknya.

"Rachmad Sugiarto!" Ujar Karyo bersemangat. Matanya berbinar-binar seperti anak kecil yang baru masuk ke toko permen, mukanya semakin memerah, Rani yakin betul bahwa sebentar lagi kepala Karyo akan meledak dan memuntahkan seluruh isinya ke muka Rani.

"Rachmad Sugiarto?" Rani masih berusaha memproses informasi yang baru saja didapatnya. "Ah! Anggota DPR komisi 8!"

"BETUL!" Karyo kembali berteriak dan mengambil perhatian seluruh warga kantor. "Berarti teori kita selama ini bener! Kita harus cepet kasih tahu Arya!" Karyo bertepuk tangan sambil melompat-lompat, tubuhnya yang tambun membuat Karyo terlihat seperti bayi raksasa.

"Tunggu, mending kita langsung ke TKP aja, kita bisa kabarin Arya nanti. Lo siapin mobil, kita berangkat sekarang juga!" Rani kemudian melengos pergi meninggalkan Karyo yang panik mencari kunci mobil.

Tiga orang pejabat tinggi negeri ini telah mati begitu saja selama sebulan terakhir. Berbagai media terlihat jelas berusaha menutupi insiden ini. Pejabat pertama yang mati adalah Fahreza Ahmad, seorang walikota yang pernah menjadi tersangka pemerkosaan anak dibawah umur. Tubuhnya ditemukan tergantung di sebuah jembatan, wajahnya hancur dan nyaris tidak bisa dikenali. Laporan "resmi" dari kepolisian menyatakan bahwa Fahreza mabuk kemudian tidak sengaja jatuh dari jembatan dan menggantung dirinya sendiri. Sungguh konyol.

Pejabat kedua yang mati adalah Urip Junetra, seorang petinggi departemen agama yang pernah menjadi tersangka korupsi biaya pengadaan kitab suci. Urip lebih dikenal sebagai ketua ormas garis keras yang gemar memukuli para "kafir". Tubuhnya ditemukan terbakar disebuah jalanan tol di pinggir ibu kota. Laporan  "resmi" dari kepolisian menyatakan bahwa Urip menjadi korban tabrakan fatal di jalan tol. Tapi tampaknya polisi lupa bahwa Urip tidak ditemukan sedang mengendarai mobil, dan tubuh Urip ditemukan di jalan tol yang sedang dibangun.

Kedua korban ini memiliki kesamaan yang mengejutkan. Dua-dunya memiliki sebuah "tanda" yang disematkan di dada mereka, yaitu berupa luka goresan yang berbentuk huruf "S". Sudah jelas ini adalah sebuah pesan.

Beberapa saksi menyatakan bahwa mereka melihat sesosok hitam yang mengenakan topeng Semar di lokasi-lokasi kejadian. Rani kemudian menduga bahwa tampaknya memang ada seseorang yang berniat untuk memburu para politisi busuk. Jika dugaannya terbukti benar, berarti kasus ini bisa menjadi kasus yang luar biasa besar.

Langkah Rani menjadi semakin kencang ketika dia hampir tiba di mobil yang akan membawanya menuju TKP.

Sedikit sekali Rani tahu, bahwa hidupnya akan berubah untuk selamanya, ketika dia membuka pintu mobil yang saat ini berada tepat didepannya.

FINALE


Karyo memuntahkan isi perutnya ke trotoar. Tampaknya dia baru saja makan mie instant.

Wajar saja, pikir Rani, Pemandangan yang dia lihat saat ini benar-benar mengerikan dan sangat menjijikan (setidaknya bagi orang-orang yang tidak biasa melihat pemandangan seperti ini)

Rani berada di sebuah gudang penyimpanan tua bekas pabrik rokok. Bau tembakau yang bercampur dengan bau busuk semerbak menyentuh indera penciuman Rani. Bau busuk lebih dominan, karena Rani berdiri hanya beberapa meter dari sebuah mayat telanjang tanpa kepala yang tampak sedang berlutut. Di dada mayat tersebut terdapat goresan yang membentuk huruf "S".

Semar atau Superman, dugaan Rani tentang pemburu politisi busuk rupanya berbuah kebenaran. Siapapun yang melakukan ini tahu betul "dosa" para politisi ini.

Rachmad Sugiarto adalah koruptor kelas kakap yang telah mencuri milyaran rupiah. Dia hanya mendapatkan hukuman penjara selama 4 tahun. Setelah dia bebas, dia terpilih menjadi anggota DPR. Konyol. Rani tidak setuju akan segala tindak kriminal, tapi entah kenapa, pembunuhan ini terasa "benar" bagi Rani.

Rani melihat Karyo yang terlihat menyedihkan Wajahnya sangat pucat. Rani kasihan pada sahabatnya ini, dia tidak pernah melihat hal seperti ini sebelumnya. Sebagai seorang wartawan, Rani seringkali melihat mayat yang memiliki "keadaan" lebih parah dari mayat yang dia lihat saat ini.

Mayat-mayat tersebut adalah tombol pengingat bagi Rani, bahwa pekerjaannya memang tidak selalu menyenangkan. Tapi mayat tersebut juga adalah sebuah pengingat bahwa mencari kebenaran adalah tujuan dari setiap jurnalis. Kebenaran terasa masih sangat jauh, tapi Rani yakin bahwa dia akan mengungkap kebenaran semua ini.

Perjalanan jauh Rani kali ini tampaknya tidak mengecewakan. Rani menduga hanya akan ada satu mayat. Tapi rupanya tepat di samping mayat Rachmad Sugiarto, ada sebuah mayat lagi yang berlutut tanpa nyawa, tanpa kepala dan tanda goresan bertuliskan "S" di dada, yang lebih mengejutkan adalah fakta bahwa mayat kedua adalah seorang perempuan.

Dua buah tombol pengingat dalam satu hari. Ini hanyalah sebuah awal.

Tidak ada komentar: